الثلاثاء، 26 فبراير 2013

Daftar suku bangsa di Indonesia





Langsung ke: navigasi, cari
Lihat pula: Suku Bangsa di Indonesia
Untuk daftar berdasarkan provinsi, lihat Daftar suku bangsa di Indonesia berdasarkan provinsi.

Halaman ini merupakan daftar suku bangsa yang hidup di Indonesia, diikuti dengan nama wilayah yang dijadikan tempat tinggal mayoritas suku masing-masing. Daftar berikut ini diurutkan berdasarkan nama suku, bukan nama wilayah:
Daftar ini belumlah lengkap. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya.


A

* Suku Aceh di Aceh: kabupaten Aceh Besar
* Suku Alas di kabupaten Aceh Tenggara
* Suku Alor di NTT: kabupaten Alor
* Suku Ambon di kota Ambon
* Suku Ampana di Sulawesi Tengah
* Suku Anak Dalam di Jambi
* Suku Aneuk Jamee di kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Barat Daya
* Suku Arab-Indonesia
* Suku Aru di Maluku: Kepulauan Aru
* Suku Asmat di Papua
* Suku Abung di Lampung

B

* Suku Bali di Bali terdiri :
o Suku Bali Majapahit di sebagian besar Pulau Bali
o Suku Bali Aga di Karangasem dan Kintamani
* Suku Balantak di Sulawesi Tengah
* Suku Banggai di Sulawesi Tengah: Kabupaten Banggai Kepulauan
* Suku Baduy di Banten
* Suku Bajau di Kalimantan Timur
* Suku Bangka di Bangka Belitung
* Suku Banjar di Kalimantan Selatan
* Suku Batak di Sumatera Utara terdiri :
o Suku Karo di kabupaten Karo
o Suku Mandailing di kabupaten Mandailing Natal
o Suku Angkola di kabupaten Tapanuli Selatan
o Suku Toba di kabupaten Toba Samosir
o Suku Pakpak di kabupaten Pakpak Bharat
o Suku Simalungun di kabupaten Simalungun
* Suku Batin di Jambi
* Suku Bawean di Jawa Timur: Gresik
* Suku Belitung di Bangka Belitung
* Suku Bentong di Sulawesi Selatan
* Suku Berau di Kalimantan Timur: kabupaten Berau
* Suku Betawi di Jakarta
* Suku Bima NTB: kota Bima
* Suku Boti di kabupaten Timor Tengah Selatan
* Suku Bolang Mongondow di Sulawesi Utara: Kabupaten Bolaang Mongondow
* Suku Bugis di Sulawesi Selatan
o Orang Bugis Pagatan di Kalimantan Selatan, Kusan Hilir, Tanah Bumbu
* Suku Bungku di Sulawesi Tengah: Kabupaten Morowali
* Suku Buru di Maluku: Kabupaten Buru
* Suku Buol di Sulawesi Tengah: Kabupaten Buol
* Suku Buton di Sulawesi Tenggara: Kabupaten Buton dan Kota Bau-Bau
* Suku Bonai di Riau: Kabupaten Rokan Hilir

D

* Suku Damal di Mimika
* Suku Dampeles di Sulawesi Tengah
* Suku Dani di Papua: Lembah Baliem
* Suku Dairi di Sumatera Utara
* Suku Dayak terdiri :
o Suku Dayak Ahe di Kalimantan Barat
o Suku Dayak Bajare di Kalimantan Barat
o Suku Dayak Damea di Kalimantan Barat
o Suku Dayak Banyadu di Kalimantan Barat
o Suku Bakati di Kalimantan Barat
o Suku Punan di Kalimantan Tengah
o Suku Kanayatn di Kalimantan Barat
o Suku Iban di Kalimantan Barat
o Suku Mualang di Kalimantan Barat: Sekadau, Sintang
o Suku Bidayuh di Kalimantan Barat: Sanggau
o Suku Mali di Kalimantan Barat
o Suku Seberuang di Kalimantan Barat: Sintang
o Suku Sekujam di Kalimantan Barat: Sintang
o Suku Sekubang di Kalimantan Barat: Sintang
o Suku Ketungau di Kalimantan Barat
o Suku Desa di Kalimantan Barat
o Suku Kantuk di Kalimantan Barat
o Suku Ot Danum atau Dohoi di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat
o Suku Limbai di Kalimantan Barat
o Suku Kebahan di Kalimantan Barat
o Suku Pawan di Kalimantan Barat
o Suku Tebidah di Kalimantan Barat
o Suku Bakumpai di Kalimantan Selatan Barito Kuala
o Orang Barangas di Kalimantan Selatan Barito Kuala
o Suku Bukit di Kalimantan Selatan
+ Orang Dayak Pitap di Tebing Tinggi, Balangan, Kalsel
o Suku Dayak Hulu Banyu di Kalimantan Selatan
o Suku Dayak Balangan di Kalimantan Selatan
o Suku Dusun Deyah di Kalimantan Selatan: Tabalong
o Suku Ngaju di Kalimantan Tengah: Kabupaten Kapuas
o Suku Siang Murung di Kalimantan Tengah: Murung Raya
o Suku Bara Dia di Kalimantan Tengah: Barito Selatan
o Suku Ot Danum di Kalimantan Tengah
o Suku Lawangan di Kalimantan Tengah
o Suku Dayak Bawo di Kalimantan Tengah: Barito Selatan
o Suku Tunjung, Kutai Barat, rumpun Ot Danum
o Suku Benuaq, Kutai Barat, rumpun Ot Danum
o Suku Bentian, Kutai Barat, rumpun Ot Danum
o Suku Bukat, Kutai Barat
o Suku Busang, Kutai Barat
o Suku Ohong, Kutai Barat
o Suku Kayan, Kutai Barat, rumpun Apo Kayan
o Suku Bahau, Kutai Barat, rumpun Apo Kayan
o Suku Penihing, Kutai Barat, rumpun Punan
o Suku Punan, Kutai Barat, rumpun Punan
o Suku Modang, Kutai Timur, rumpun Punan
o Suku Basap, Bontang-Kutai Timur
o Suku Ahe di Kabupaten Berau
o Suku Tagol, Malinau, rumpun Murut
o Suku Brusu, Malinau, rumpun Murut
o Suku Kenyah, Malinau, rumpun Apo Kayan
o Suku Lundayeh, Malinau
o Suku Pasir di Kalimantan Timur: Kabupaten Pasir
o Suku Dusun di Kalimantan Tengah
o Suku Maanyan di Kalimantan Tengah: Barito Timur
+ Orang Maanyan Paju Sapuluh
+ Orang Maanyan Paju Epat
+ Orang Maanyan Dayu
+ Orang Maanyan Paku
+ Orang Maanyan Benua Lima Maanyan Paju Lima
+ Orang Dayak Warukin di Tanta, Tabalong, Kalsel
+ Suku Samihim, Pamukan Utara, Kotabaru, Kalsel
* Suku Dompu NTB: Kabupaten Dompu
* Suku Donggo, Bima
* Suku Donggala di Sulawesi Tengah
* Suku Dondo di Sulawesi Tengah: Kabupaten Toli-Toli
* Suku Duri Terletak di bagian utara Kabupaten Enrekang berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja, meliputi tiga kecamatan induk Anggeraja, Baraka, dan Alla di Sulawesi Selatan

E

* Suku Eropa-Indonesia (orang Indo atau peranakan Eropa-Indonesia)

F

* Suku Flores di NTT: Flores Timur

G

* Suku Gayo di Aceh: Gayo Lues Aceh Tengah Bener Meriah
* Suku Gorontalo di Gorontalo: Kota Gorontalo
* Suku Gumai di Sumatera Selatan: Lahat

I

* Suku India-Indonesia

J

* Suku Banten di Banten
* Suku Cirebon di Jawa Barat: Kota Cirebon
* Suku Jawa di Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta
o Suku Tengger di Jawa Timur
o Suku Osing di Jawa Timur: Banyuwangi
o Suku Samin di Jawa Tengah: Purwodadi
* Suku Jambi di Jambi: Kota Jambi

K

* Suku Kei di Maluku Tenggara: Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual
* Suku Kaili di Sulawesi Tengah: Kota Palu
* Suku Kaur di Bengkulu: Kabupaten Kaur
* Suku Kayu Agung di Sumatera Selatan
* Suku Kerinci di Jambi: Kabupaten Kerinci
* Suku Komering di Sumatera Selatan: Kabupaten Ogan Komering Ilir, Baturaja
* Suku Konjo Pegunungan, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan
* Suku Konjo Pesisir, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan
* Suku Kubu di Jambi dan Sumatera Selatan
* Suku Kulawi di Sulawesi Tengah
* Suku Kutai di Kalimantan Timur: Kutai Kartanegara
* Suku Kluet di Aceh: Aceh Selatan
* Suku Krui di Lampung

L

* Suku Laut, Kepulauan Riau
* Suku Lampung di Lampung
* Suku Lematang di Sumatera Selatan
* Suku Lembak, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu
* Suku Lintang, Sumatera Selatan
* Suku Lom, Bangka Belitung
* Suku Lore, Sulawesi Tengah
* Suku Lubu, daerah perbatasan antara Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Barat

M

* Suku Madura di Jawa Timur
* Suku Makassar di Sulawesi Selatan: Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bulukumba (sebagian), Kabupaten Sinjai (bagian perbatasan Kab Gowa)Kabupaten Maros (sebagian) Kabupaten Pangkep (sebagian)Kota Makassar
* Suku Mamasa (Toraja Barat) di Sulawesi Barat: Kabupaten Mamasa
* Suku Mandar Sulawesi Barat: Polewali Mandar
* Suku Melayu
o Suku Melayu Riau di Riau
o Suku Melayu Tamiang di Aceh: Aceh Tamiang
* Suku Mentawai di Sumatera Barat: Kabupaten Kepulauan Mentawai
* Suku Minahasa di Sulawesi Utara: Kabupaten Minahasa terdiri 9 subetnik :
o Suku Babontehu
o Suku Bantik
o Suku Pasan Ratahan
o Suku Ponosakan
o Suku Tonsea
o Suku Tontemboan
o Suku Toulour
o Suku Tonsawang
o Suku Tombulu
* Suku Minangkabau, Sumatera Barat
* Suku Mori, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah
* Suku Muko-Muko di Bengkulu: Kabupaten Mukomuko
* Suku Muna di Sulawesi Tenggara: Kabupaten Muna
* Suku Muyu di Kabupaten Boven Digoel, Papua
* Suku Mekongga di Sulawes Tenggara: Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Kolaka Utara

N

* Suku Nias di Sumatera Utara: Kabupaten Nias, Nias Selatan

O

* Suku Osing di Banyuwangi Jawa Timur
* Suku Ogan di Sumatera Selatan
* Suku Ocu di Kabupaten Kampar, Riau

P

* Suku Papua/Irian
o Suku Asmat di Kabupaten Asmat
o Suku Biak di Kabupaten Biak Numfor
o Suku Dani, Lembah Baliem, Papua
o Suku Ekagi, daerah Paniai, Abepura, Papua
o Suku Amungme di Mimika
o Suku Bauzi, Mamberamo hilir, Papua utara
o Suku Arfak di Manokwari
o Suku Kamoro di Mimika
* Suku Palembang di Sumatera Selatan: Kota Palembang
* Suku Pamona di Sulawesi Tengah: Kabupaten Poso
* Suku Pasemah di Sumatera Selatan
* Suku Pesisi di Sumatera Utara: Tapanuli Tengah
* Suku Pasir di Kalimantan Timur: Kabupaten Pasir

R

* Suku Rawa, Rokan Hilir, Riau
* Suku Rejang di Bengkulu: Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Lebong, dan Kabupaten Rejang Lebong
* Suku Rote di NTT: Kabupaten Rote Ndao
* Suku Rongga di NTT Kabupaten Manggarai Timur

S

* Suku Saluan di Sulawesi Tengah
* Suku Sambas (Melayu Sambas) di Kalimantan Barat: Kabupaten Sambas
* Suku Sangir di Sulawesi Utara: Kepulauan Sangihe
* Suku Sasak di NTB, Lombok
* Suku Sekak Bangka
* Suku Sekayu di Sumatera Selatan
* Suku Semendo di Bengkulu, Sumatera Selatan: Muara Enim
* Suku Serawai di Bengkulu: Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Seluma
* Suku Simeulue di Aceh: Kabupaten Simeulue
o Suku Sigulai di Aceh: Kabupaten Simeulue bagian utara
* Suku Sumbawa Di NTB: Kabupaten Sumbawa
* Suku Sumba di NTT: Sumba Barat, Sumba Timur
* Suku Sunda di Jawa Barat

T

* Suku Talaud di Sulawesi Utara: Kepulauan Talaud
* Suku Talang Mamak di Riau: Indragiri Hulu
* Suku Tamiang di Aceh: Kabupaten Aceh Tamiang
* Suku Tengger di Jawa Timur Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo lereng G. Bromo
* Suku Ternate di Maluku Utara: Kota Ternate
* Suku Tidore di Maluku Utara: Kota Tidore
* Suku Timor di NTT, Kota Kupang
* Suku Tionghoa-Indonesia
o Orang Cina Parit di Pelaihari, Tanah Laut, Kalsel
* Suku Tojo di Sulawesi Tengah: Kabupaten Tojo Una-Una
* Suku Toraja di Sulawesi Selatan: Tana Toraja
* Suku Tolaki di Sulawesi Tenggara: Kendari
* Suku Toli Toli di Sulawesi Tengah: Kabupaten Toli-Toli
* Suku Tomini di Sulawesi Tengah: Kabupaten Parigi Moutong

U

* Suku Una-una di Sulawesi Tengah: Kabupaten Tojo Una-Una
* Suku Ulu di Sumatera utara: mandailing natal

W

* Suku Wolio di Sulawesi Tenggara: Buton

Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia

Bengkulu, Indonesia

Pengertian Flora dan Fauna
 
Flora adalah jenis-jenis tumbuhan sedangkan fauna yaitu jenis-jenis hewan. Jenis Dan Persebaran Flora Dan Fauna
Pola persebaran fauna di Indonesia sama dengan pola persebaran tumbuhan, yaitu di bagian Barat, faunanya mempunyai kemiripan dengan fauna Asia, di bagian Timur faunanya mirip dengan fauna di Australia, dan diantara kedua daerah tadi, faunanya merupakan fauna daerah peralihan. Hal tersebut dimungkinkan karena pada zaman es Indonesia pernah menyatu dengan Asia dan Australia. Pada masa itu Indonesia menjadi jembatan persebaran hewan dari Asia dan Australia.

Sejarah terbentuknya daratan di Indonesia berawal pada zaman es. Pada awal zaman es tersebut, suhu permukaan bumi turun sehingga permukaan air laut menjadi turun. Pada masa itu, wilayah Indonesia bagian Barat yang disebut juga Dataran Sunda masih menyatu dengan Benua Asia, sedangkan Indonesia bagian Timur yang disebut juga Dataran Sahul menyatu dengan Benua Australia. Dataran Sunda dan Dataran Sahul juga masih berupa daratan belum dipisahkan oleh laut dan selat. Keadaan tersebut menyebabkan keanekaan flora dan fauna di Indonesia bagian Barat seperti Jawa, Bali Kalimantan, dan Sumatera pada umumnya menunjukkan kemiripan dengan flora di Benua Asia.

Begitu pula denga flora dan fauna di Indonesia bagian Timur seperti Irian Jaya dan pulau-pulau disekitarnya pada umumnya mempunyai kemiripan dengan flora dan fauna di benua Australia. Jadi Indonesia pada masa itu menjadi jembatan penghubung persebaran hewan dari Asia dan Australia. Kemudian, pada akhir zaman es, suhu permukaan bumi naik sehingga permukaan air laut naik kembali. Naiknya permukaan air laut mengakibatkan Jawa terpisah dengan Benua Asia, kemudian terpisah dari Kalimantan dan terakhir dari Sumatera. Selanjutnya Sumatera terpisah dari Kalimantan kemudian dari Semenanjung Malaka dan terakhir Kalimantan terpisah dari Semenanjung Malaka.
Kalimantan, Indonesia
 
Faktor-Faktor Penyebab terjadinya Keanekaragaman Flora Dan Fauna di Indonesia
 
Keanekaragaman flora dan fauna di suatu wilayah tidak terlepas dari dukungan kondisi di wilayah itu. Ada tumbuhan yang hanya dapat tumbuh di daerah yang beriklim tropis, dimana banyak curah hujan dan sinar matahari, dan ada yang hanya dapat tumbuh di daerah yang dingin dan lembab. Kita tentu tidak pernah melihat pohon Meranti atau Anggrek tropik pada daerah dingin di daerah tundra. Dukungan kondisi suatu wilayah terhadap keberadaan flora dan fauna berupa faktor-faktor fisik (abiotik) dan faktor non fisik (biotik).Yang termasuk faktor fisik (abiotik) adalah iklim (suhu, kelembaban udara, angin), air, tanah, dan ketinggian, dan yang termasuk faktor non fisik (biotik) adalah manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.
 
a. Iklim
Faktor iklim termasuk di dalamnya keadaan suhu, kelembaban udara dan angin sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan setiap mahluk di dunia. Faktor suhu udara berpengaruh terhadap berlangsungnya proses pertumbuhan fisik tumbuhan. Sinar matahari sangat diperlukan bagi tumbuhan hijau untuk proses fotosintesa. Kelembaban udara berpengaruh pula terhadap pertumbuhan fisik tumbuhan. Sedangkan angin berguna untuk proses penyerbukan. Faktor iklim yang berbeda-beda pada suatu wilayah menyebabkan jenis tumbuhan maupun hewannya juga berbeda.. Tanaman di daerah tropis, banyak jenisnya, subur dan selalu hijau sepanjang tahun karena bermodalkan curah hujan yang tinggi dan cukup sinar matahari.
b. Tanah
Tanah banyak mengandung unsur-unsur kimia yang diperlukan bagi pertumbuhan flora di dunia. Kadar kimiawi berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah. Keadaan struktur tanah berpengaruh terhadap sirkulasi udara di dalam tanah sehingga memungkinkan akar tanaman dapat bernafas dengan baik. Keadaan tekstur tanah berpengaruh pada daya serap tanah terhadap air. Suhu tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan akar serta kondisi air di dalam tanah.
Komposisi tanah umumnya terdiri dari bahan mineral anorganik (70%-90%), bahan organik (1%-15%), udara dan air (0-9%). Hal-hal di atas menunjukkan betapa pentingnya faktor tanah bagi pertumbuhan tanaman. Perbedaan jenis tanah menyebabkan perbedaan jenis dan keanekaragaman tumbuhan yang dapat hidup di suatu wilayah. Contohnya di Nusa Tenggara jenis hutannya adalah Sabana karena tanahnya yang kurang subur.

c. Air
Air mempunyai peranan yang penting bagi pertumbuhan tumbuhan karena dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah hujan sangat tergantung dari iklim di daerah yang bersangkutan. Jenis flora di suatu wilayah sangat berpengaruh pada banyaknya curah hujan di wilayah tersebut. Flora di daerah yang kurang curah hujannya keanekaragaman tumbuhannya kurang dibandingkan dengan flora di daerah yang banyak curah hujannya.

d. Tinggi rendahnya permukaan bumi
Faktor ketinggian permukaan bumi umumnya dilihat dari ketinggiannya dari permukaan laut (elevasi). Misalnya ketinggian tempat 1500 m berarti tempat tersebut berada pada 1500 m di atas permukaan laut. Semakin tinggi suatu daerah semakin dingin suhu di daerah tersebut. Demikian juga sebaliknya bila lebih rendah berarti suhu udara di daerah tersebut lebih panas. Setiap naik 100 meter suhu udara rata-rata turun sekitar 0,5 derajat Celcius. Jadi semakin rendah suatu daerah semakin panas daerah tersebut, dan sebaliknya semakin tinggi suatu daerah semakin dingin daerah tersebut. Oleh sebab itu ketinggian permukaan bumi besar pengaruhnya terhadap jenis dan persebaran tumbuhan. Daerah yang suhu udaranya lembab, basah di daerah tropis, tanamannya lebih subur dari pada daerah yang suhunya panas dan kering.

e. Manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan
Manusia mampu mengubah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Misalnya daerah hutan diubah menjadi daerah pertanian, perkebunan atau perumahan dengan melakukan penebangan, reboisasi,.atau pemupukan. Manusia dapat menyebarkan tumbuhan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Selain itu manusia juga mampu mempengaruhi kehidupan fauna di suatu tempat dengan melakukan perlindungan atau perburuan binatang. Hal ini menunjukan bahwa faktor manusia berpengaruh terhadap kehidupan flora dan fauna di dunia ini. Selain itu faktor hewan juga memiliki peranan terhadap penyebaran tumbuhan flora.

Misalnya serangga dalam proses penyerbukan, kelelawar, burung, tupai membantu dalam penyebaran biji tumbuhan. Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan faunanya. Contohnya bakteri saprophit merupakan jenis tumbuhan mikro yang membantu penghancuran sampah-sampah di tanah sehingga dapat menyuburkkan tanah.
Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Keanekaragaman hayati di Indonesia ada 3 yaitu:
keaneka ragaman ekosisitem
keaneka ragaman jenis dan
keaneka ragaman genetik.
Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Keanekaragaman hayati merupakan anugerah terbesar bagi umat manusia. Manfaatnya antara lain adalah:
(1) Merupakan sumber kehidupan, penghidupan dan kelangsungan hidup bagi umat manusia, karena potensial sebagai sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan serta kebutuhan hidup yang lain
(2) Merupakan sumber ilmu pengetahuan dan tehnologi
(3) mengembangkan sosial budaya umat manusia
(4) Membangkitkan nuansa keindahan yang merefleksikan penciptanya.
Penyebaran Sumberdaya Hayati di Indonesia
 
Dipandang dari segi biodiversitas, posisi geografis Indonesia sangat menguntungkan. Negara ini terdiri dari beribu pulau, berada di antara dua benua, yaitu Asia dan Australia, serta terletak di katulistiwa. Dengan posisi seperti ini Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Indonesia dengan luas wilayah 1,3% dari seluruh luas muka bumi memiliki 10% flora berbunga dunia, 12% mamalia dunia, 17% jenis burung dunia, dan 25% jenis ikan dunia.
 
Penyebaran tumbuhan, Indonesia tercakup dalam kawasan Malesia, yang juga meliputi Filipina, Malaysia dan Papua Nugini. Kawasan ini ditentukan berdasarkan persebaran marga tumbuhan yang ditandai oleh 3 simpul demarkasi yaitu (1) Simpul selat Torres menunjukkan bahwa 644 marga tumbuhan Irian Jaya tidak bisa menyeberang ke Australia dan 340 marga tumbuhan Australia tidak dijumpai di Irian Jaya. (2) Tanah genting Kra di Semenanjung Malaya merupakan batas penyebaran flora Malesia di Thailand. Demarkasi ini menyebabkan adanya 200 marga tumbuhan Thailand yang tidak dapat menyebar ke kawasan Malesia, dan 375 marga Malesia tidak dijumpai di Thailand. (3). Simpul di sebelah selatan Taiwan menjadi penghalang antara flora Malesia dan Flora Taiwan.. 
 
Adanya demarkasi ini menyebabkan 40% marga flora Malesia tidak terdapat di luar kawasan Malesia dan flora Malesia lebih banyak mengandung unsur Asia dibanding unsur Australia. 
Pecahnya benua selatan Gendawa pada 140 juta tahun yang lalu menjadi paparan sunda (berasal dari benua utara laurasia) dan paparan Sahul (berasal dari Gondawa) menyebabkan penyebaran tumbuhan yang terpusat di paparan Sunda seperti jenis durian, rotan, tusam dan artocarpus.
Pola penyebaran hewan di Indonesia diwarnai oleh pola kelompok kawasan Oriental di sebelah barat dan kelompok kawasan Australia di sebelah Timur. Kedua kawasan ini sangat berbeda. Namun demikian karena Indonesia terdiri dari deretan pulau yang sangat berdekatan, maka migrasi fauna antarpulau memberi peluang bercampurnya unsur dari 2 kelompok kawasan tersebut. Percampuran ini mengaburkan batas antara kawasan oriental dan kawasan Australia..
Memperhatikan sifat hewan di Indonesia Wallace membagi kawasan penyebaran fauna menjadi 2 kelompok besar yaitu fauna bagian barat Indonesi (Sumatera, Jawa, Bali, Madura, Kalimantan) dan Fauna bagian timur yaitu Sulawesi dan pulau di sebelah timumya. Dua kelompok fauna ini mempunyai ciri yang berbeda dan dipiahkan ole garis Wallace (garis antara Kalimantan dan Sulawesi, berlanjut antara Bali dan Lombok).

Hamparan kepulauan di sebelah timur garis Wallace dari semula memang tidak termasuk kawasan Australia, karena garis batas barat kawasan Australia adalah Garis Lydekker yang mengikuti batas paparan Sahul. Dengan demikian ada daerah transisi yang dibatasi Garis Wallace di sebelah Barat dan garis Lydekker di sebelah timur. Di antara kedua garis ini terdapat garis keseimbangan fauna yang dinamakan garis Weber. Karena peluang pencampuran unsur fauna di daerah ini sangat besar, akibatnya di daerah transisi ini terdapat unsur – unsur campuran antara barat dan timur. Daerah transisi ini dinamakan Wallace. Dengan kondisi geografis seperti ini mengakibatkan sumber daya hayati di Indonesia sangat kaya baik dalam jenis maupun jumlahnya.

Keanekaragaman Jenis

Indonesia memiliki keaneka ragaman jenis yang kaya. Taksiran jumlah jenis kelompok utama makhluk hidup sebagai berikut: Hewan menyusui 300 jenis; Burung 7500 jenis; Reptil 2000 jenis; Amfibi 1000 jenis; Ikan 8500 jenis; keong 20000 jenis; serangga 250000 jenis. Tumbuhan biji 25000 jenis; paku pakuan 1250 jenis; lumut 7500 jenis; Ganggang 7800 jenisjamur 72 000 jenis; bakteri dan ganggang biru 300 jenis. (Sastra pradja, 1989). Beberapa pulau di Indonesia memiliki spesies endemik, terutama di pulau Sulawesi; Irian Jaya dan di pulau Mentawai. Indonesia memiliki 420 specis burung endemik yang tersebar di 24 lokasi.

Keanekaragaman Genetik

Keaneka ragaman genetik merupakan keanekaragaman sifat yang terdapat dalam satu jenis. Dengan demikian tidak ada satu makhlukpun yang sama persis dalam penampakannya. Matoa Pometia pinnata di Irian Jaya mempunyai 9 macam penampilan dari seluruh populasi yang ada.
Dengan kemampuan reproduksi baik vegetatif dan generatif, populasi sagu di Ambon mempunyai 6 macam pokok sagu yang berbeda. Berdasarkan jumlah jenis durian liar yang tumbuh di Kalimantan yang jumlahnya mencapai 19 jenis, diduga bahwa Kalimantan adalah pusat keanekaragaman genetik durian. Dengan teknik budi daya semakin banyak jenis tumbuhan hasil rekayasa genetik seperti padi, jagung, ketela, semangka tanpa biji, jenis jenis anggrek, salak pondoh, dan lain-lain. Keanekaragaman plasma nutfah di Indonesia tampak pada berbagai hewan piaraan. Ternak penghasil pangan yang telah diusahakan adalah 5 jenis hewan temak yaitu sapi biasa, sapi Bali, kerbau, kambing, domba dan babi. Dan 7 jenis unggas yaitu ayam, itik , entok, angsa, puyuh, merpati dan kalkun serta hewan piaraan yang lain seperti cucak rowo, ayam bekisar, dan lain-lain. Keanekaragaman genetik hewan ini tidak semuanya berasal dari negeri sendiri. Namun demikian melalui proses persilangan jenis-jenis hewan ini memperbanyak khasanah keanekaragaman genetik di Indonesia.

Persebaran Flora & Fauna / Hewan & Tumbuhan Di Indonesia

Indonesia meliliki keanekaragaman flora dan fauna baik di Indonesia bagian barat, tengah dan timur akibat pengaruh keadaan alam, rintangan alam dan pergerakan hewan di alam bebas. Ketiga wilayah di Indonesia memiliki keunikan dan ciri khas keragaman binatang dan tanaman yang ada di alam bebas.

Alfred Russel Wallace dan Max Wilhelm Carl Weber adalah orang-orang yang mengelompokkan tipe flora dan fauna Indonesia ke dalam tiga kelompok, yaitu :
1. Fauna Asiatis
Wilayah = Indonesia bagian barat (sumatera, jawa, kalimantan hingga selat makassar dan selat lombok)
Hewan = badak, harimau, orangutan, gajah, dsb.
2. Fauna Peralihan dan Fauna Asli
Wilayah = Indonesia bagian tengah (sulawesi dan nusa tenggara)
Hewan = Babi rusa, kuskus, burung maleo, kera, dll.
3. Fauna Australis
Wilayah = Indonesia bagian timur (papua)
Binatang = Burung cendrawasih, burung kakatua, kangguru, dsb.
Dalam peta persebaran flora dan fauna Indonesia :
Antara fauna tipe asiatis dan peralihan terdapat garis wallace.
Antara fauna tipe peralihan dan tipe australis terdapat garis weber.
Kondisi flora dan fauna di setiap daerah dipengaruhi oleh banyak hal seperti :
1. Tinggi rendah dari permukaan laut
2. Jenis tanah
3. Jenis hutan
4. Iklim
5. Pengaruh manusia, dan lain-lain
Sumber : Google, Flora dan Fauna Indonesia

Keanekaragaman Hayati Di Indonesia

A. Keanekaragaman Indonesia Berdasarkan Karakteristik Wilayahnya

        Secara astronomis indonesia berada pada 6LU - 110 LS dan 950 BT - 1410 BT. artinya indonesia terletak didaerah iklim tropis (daerah tropis berada diantara 23 1/20 LU dan 23 1/20 LS). Ciri - ciri daerah tropis antara lain temperatur cukup tinggi  (260C - 280C), curah hujan cukup banyak (700 - 7000mm/ tahun) dan tanahnya subur karena proses pelapukan batuan cukup cepat.
        Bila dilihat dari geografis , indonesia terletak pada pertemuan dua rangkaian pegunungan muda, yakni sirkum pasifik dan rangkaian sirkum mediterania, sehingga indonesia memiliki banyak pegunungan berapi. hal tersebut menyebabkan tanah menjadi subur.
        Di Indonesia terdapat 10% spesies tanaman, 12% spesies mamalia, 16% spesies reptilia dan amfibi , dan 17% dari spesies burung yang ada didunia.
sejumlah spesies tersebut bersifat endemik , yaitu hanya terdapat di Indonesia dan tidak ditemukan ditempat lain.
Contohnya adalah sebagai berikut:
1. burung cendrawasih di papua,
2. burung maleo di sulawesi,
3. komodo di pulau komodo.
4. anoa di sulawesi
5. rafflesia arnoldii, terdapat dipulau sumatera dan penyebarannya disepanjang bukit barisan dari aceh sampai lampung.
6. Bunga bangkai (Amorphophallus titanum) merupakan flora khas indonesia yang terdapat disumatra.



        Tumbuhan yang beraneka ragam dan bernilai ekonomi dapat dimanfaatkan. contohnya sebagai berikut:

1. macam - macam varietas durian (Duriozibethinus), antara lain , durian petruk dari randusaria jepara, durian sitokong dari

    ragunan, durian sunan yang berasal dari boyolali, durian simas dari bogor.

2. Kedondong (Spondias cythrerea), misalnya kedondong karimunjawa berasal dari Karimunjawa.

3. Salak (Zalacca edulis), misalnya , salak pondoh berasal dari desa soka sleman  dan salak bejalen dari ambarawa.

B. Keanekaragaman Indonesia Berdasarkan Persebarannya

        Persebaran organisme dimuka bumi dipelajari dalam cabang biologi yang disebut biogeografi . studi tentang penyebaran spesies menunjukkan bahwa spesies - spesies berasal dari satu tempat, namun selanjutnya menyebar keberbagai daerah . organisme tersebut kemudian mengalami diferensiasi menjadi subspesies baru dan spesies baru yang cocok terhadap daerah yang ditempatinya.

       Penghalang geografi atau barrier seperti gunung yang tinggi, sungai dan lautan dapat membatasi penyebaran dan kompetisi dari suatu spesies  (isolasi geografi). adanya isolasi geografi juga menyebabkan perbedaan susunan flora dan fauna diberbagai tempat.

       Berdasarkan adanya persamaan fauna  didaerah - daera h tertentu , maka dapat dibedakan menjadi 6 daerah biogeografi dunia sebagai berikut:

1. Nearktik : Amerika utara

2. Palearktik : Asia sebelah utara Himalaya, Eropa dan Afrika , gurun sahara sebelah utara.

3. Neotropikal : Amerika Selatan bagian tengah.

4. Oriental: Asia, Himalaya bagian selatan.

5. Ethiopia : Afrika

6. Australian : Australia dan pulau - pulau sekitarnya.



C. Persebaran Hewan Di Indonesia

Kepulauan Indonesia merupakan tempat dua kawasan / daerah bertemuyaitu kawasan oriental yang amat kaya akan binatang dan mamalia. Wallace memperhatikan perbedaan pada flora dan faunanya, dan berhasil menarik garis pada peta sedemikian serupa sehingga memisahkan kelompok kehidupan satu sama lain.



1. Persebaran Hewan Di Wilayah Indonesia Barat

Bagian barat yang merupakan paparan sunda memiliki fauna asia, contohnya berbagai jenis kera, gajah, macan, kerbau liar, babi hutan, dan rusa.

a) Sumatra memiliki hewan - hewan yang khas, seperti: gajah, tapir, badak bercula dua, harimau, siamang, dan orang utan.

b) Jawa memiliki badak bercula satu, harimau dan banteng.

c) Kalimantan memiliki badak bercula dua, macan tutul, orang utan, kera berhidung panjang, dan beruang madu.



2. Persebaran Hewan  Di Wilayah  Indonesia Timur 

Bagian timur indonesia ditempati fauna tipe Australia yang terdiri atas burung - burung dengan warna menyolok misalnya Kasuari, burung nuri, parkit, cendrawasih, dan merpati berjambul, beberapa jenis hewan berkantung misalnya kanguru, wallabi, dan kanguru pohon.



 dibagian tengah , seperti sulawesi terdapat hewan yang khas yaitu anoa,dan dipulau komodo terdapat komodo (biawak besar).



Zona peralihan antara Oriental dn Australian

bagian kepulauan indonesia ini merupakan daerah peralihan antara kawasan Australian dan Oriental. Daerah yang merupakan tempat peralihan yang mecolok adalah sulawesi.



D. Persebaran Tumbuhan Di Muka Bumi

Bioma dapat dairtikan sebagai macam komuniatas utama yang terdapat pada suatu daerah  yang dapat dikenal berdasarkan fisiognomi (kenam[akan).

sifat dan karakteristik suatu bioma merupakan fungsi iklim (suhu , curah hujan, cahaya dan tanah).

Garis pembatas atau pemisah antara dua bioma walaupun tidak jelas, disebut ecotone. Ekoton ditempati oleh tumbuhan dan hewan yang khas. Biorna-bioma umumnya ditentukan oleh vegetasi atau tumbuhan yang dominan.
hal ini cenderung mencermikan iklim yang umum dari area tersebut. Ada berbagai bioma didunia, yaitu gurun, padang rumput, hutan hujan tropis, hutan gugur, dan savana.
a. gurun (padang pasir) , bioma ini terdapat di afrika, Amerika, Australia dan Cina.


b. Padang Rumput, bioma ini terbentang dari daerah tropik hingga subtropik, misalnya di Amerika.


c. Hutan hujan tropis, terdapat di daerah tropik dan subtropik contoh di amerika selatan (Brasil) , Asia Termasuk Indonesia) dan Afrika.


d. Hutan Gugur (deciduos forest), merupakan bioma yang khas didaerah sedang.


e. Savana terdapat dikedua sisi khatulistiwa, berkembang dengan lebih baik di Afrika dan Amerika Selatan. Savana terdapat jiga di India, Asia Selatan, Australia, dan Indonesia (Irian, NTT, dan NTB).


e. Flora Malesiana
Indonesia memiliki 2 diantara 5 bioma didunia, yaitu bioma hutan hujan tropis dan bioma savana.  bioma hutan hujan tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang sanagt tinggi adalah malesiana.

flora malesiana meliputi tumbuhan yang terdapat di sumatra, kalimantan, filiphina utara, dan kepulauan indonesia lainnya.

Tumbuhan Khas Malesiana yang terkenal adalah rafflesia arnoldii. tumbuhan ini merupakan parasit yang hidup melekat pada akar atau batangtumbuhan pemanjat Tetrasigma. Penyebaran Rafflesia meliputi sumatra (Aceh , Bengkulu), Malaysia, Kalimantan dan jawa.

Di Papua ditemukan pohon buah khas yang disebut matoa (pometia pinnata). Matoa ini rasanya hampir mirip durian dan rambutan. Buah matoa berangkai seperti anggur berbentuk bulat kecil, dan berkulit tipis.



f. Manfaat dan Nilai Keanekaragaman Hayati

1) Kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan yang bersifat mutlak , seperti:

- sandang (ulat sutra, bulu domba, kapas)

- pangan (serealia/biji - bijian, umbi - umbian, sayur, buah, telur, daging, susu dan sebagainya)

- papan (meranti, jati, sengon, pohon sawo, dan sebagainya)

- udara bersih (pepohonan)

 keanekaragamn hayati yang dapat menghasilkan suatu produk yang bermanfaat untuk hidup dan menjaga kesehatan manusia dikatakan memiliki nilai biologi.



2) Kebutuhan Sekunder, kebutuhan untuk lebih menikmati hidup, misalnya:

- transportasi (kuda, onta, sapi)

- rekreasi (hutan, taman bunga, tanaman hias, keindahan bawah laut, hewan piaraan dan sebagainya)



3) Keanekaragaman hayati dapat menghasilkan produk berupa materi atau jasa yang manfaatnya dapat ditukar dengan uang, misalnya bahan kebutuhan pokok atau pangan yang diperdagangkan, dikatakan memiliki nilai ekonomi.



4) Bagi suatu negara tertentu, keanekaragaman hayati dapat memberikan kebanggaan karena keindahan atau kekhasannya, seperti: karapan sapi di madura, ukiran jepara dari kayu jati, lukisan wayang dari kulit domba dan sebagainya. Keanekaragaman hayati tersebut memiliki niali budaya.



5) keanekaragaman hayati masih terus diteliti oleh para ahli, karena sebagai  sumber ilmu atau tujuan lain (misalnya :pemuliaan hewan dan tumbuhan, pelestarian alam, pencarian alternatif bahan pangan dan energi dan sebagainya). jadi keanekaragaman hayati memiliki nilai pendidikan.

الاثنين، 25 فبراير 2013


makanan khas indonesia
Seperti kekayaan dam lainnya, penduduk Indonesia juga perlu berterima kasih atas keragaman kuliner yang dihasilkan oleh negeri ini. Sayangnya, seringkali kita lupa akan kekayaan ini dan akhirnya semakin lama warisan masakan tradisional ini hilang tertelan oleh masa. Terlebih dengan semakin maraknya kehadiran berbagai resto atau fastfood internasional. Tanpa usaha pelestarian, bukan tak mungkin suatu hari nanti kita tidak dapat lagi merasakan nikmatnya gado-gado atau segarnya es teler, karena semakin sulitnya mencari makanandan minuman sederhana yang kaya rasa ini.

Aneka Cemilan

1. Lapek Bugih
lapek bugih
Kue ketan berisi gula merah atau gula pasir ini, ditaburi kelapa parut, dibungkus daun pisang, lalu dikukus dengan santan. Rasanya lezat luar biasa, terutama jika dimakan hangat-hangat di pagi hari. Di Padang, tepatnyadi Toko Ayu di Jl. Thamrin atau jika sedang di Bukit Tinggi kue ini bisa Anda dapatkan dengan mudah di mana-mana. Sayangnya,Lapek Bugih tidak bisa disimpan lama-lama. Tanpa pendingin, daya tahannya hanya sampai 6 jam.
2. Batagor
batagor bandung
Bakso tahu goreng (Batagor) memang menjadi cemilan yang nikmat dan ringan. Ikan tenggiri yang masih segar, menjadikan Batagor terasa harum dan gurih. Batagor Kingsley yang terletak di Jl. Veteran, Bandung, dan Batagor Riri
yang ada di Jl Burangrang, Bandung, adalah dua gerai batagor paling yummy.
3. Jalangkote
jalangkote
Semacam lumpia berisi tauge dengan saus khas Makassar. Ditambah air tahu (susu kedelai) yang biasanya disajikan sebagai “teman” Jalangkote. Dulu Jalangkote hanya dijual secara tradisional oleh anak-anak kecil atau nenek-nenek yang berkeliling. Kini, lumpia khas Sulawesi ini, bisa Anda cari dengan mudah di Jl. Lasinrang, Makassar.
4. Kue Dange
kue dange
Jajanan spesial khas Sulawesi Selatan ini rasanya legit, Kue Dange namanya. Bila sedang menuju Kota Pare Pare, yaitu di poros jalan kota Pangkep, tepatnya di daerah Segeri Peseng, Anda akan menemukan deretan warung kecil yang menjual kue ini. Adonan kue yang terbuat dari campuran parutan kelapa, gula merah dan ketan hitam ini dimasukkan ke dalam cetakan dari tanah liat yang sudah dipanaskan. Lalu cetakan ditutup terbalik dengan alas daun pisang. Setelah matang, kue akan disiram dengan gula merah.
5. Surabiah
surabiah
Serabi khas Samarinda yang bertekstur lembut ini, ada yang asin dan manis. Serabi asin dicampur dengan abon ikan, sedangkan yang manis diberi tambahan saus durian. Biasanya Surabiah asin akan dimasak setengah matang lalu diberi abon dan dibalut dengan daun pisang untuk dimakan panas-panas. Sedangkan Surabiah manis lebih enak disantap saat dingin, terutama bila saus duriannya sedikit kental.
6. Kemplang
kemplang
Sejenis kerupuk berbentuk bulat pipih yang terbuat dari ikan, kulit ikan, cumi atau udang yang dicampur dengan adonan sagu. Setelah padat dan mengeras, adonan dijemur dan dikeringkan selama beberapa hari lalu digoreng. Rasanya yang asin dan gurih, makin nikmat dengan tambahan sambal yang pedas dan kecut. Ingin mencobanya? Silakan kunjungi Toko Supardi di Jl. Gajah Mada No. 104 atau Toko LCK di Jl. Jend. Sudirman No. 30. Pangkal Pinang, Bangka.
7. Tahu Gimbal
tahu gimbal
Makanan ini mirip Tahu Telur di Jawa Timur. Bedanya, Tahu Gimbal ditambahkan potongan udang yang dibungkus tepung, digoreng kering menyerupai bakwan udang, lalu dipotong-potong sebesar ibu jari. Inilah yang disebut gimbal.Potongan gimbal ini dicampur tahu goreng, irisan telur dadar dan tumisan kol, lalu disiram bumbu yang
terbuat dari kacang, petis, kecap, bawang merah, bawang putih, garam dan merica. Tambahkan sambal sesuai selera. Anda bisa menyantapnya dengan nasi atau lontong, atau langsung menyantapnya. Tahu Gimbal Pak Man yang terletak di Jl. Plampitan No. 54, Semarang ini adalah salah satu yang terbaik.
8. Serabi Notosuman
serabi notosuman solo
Serabi Notosuman adalah salah satu ciri khas Kota Solo. Serabi legendaris ini telah berdiri sejak tahun 1923 dan sekarang sudah dijalankan oleh generasi ke-4. Walau demikian, resep yang dipergunakan masih sama dan dimasak dengan cara yang juga sama. Serabi asli Solo ini tidak disiram dengan kuah santan yang manis, karena rasanya sendiri sudah manis dan gurih. Bentuknyapun seperti Kue Ape dengan bagian pinggir yang keringdan renyah.
9. Asma Rujak
asma rujak
Berisi ketimun, bengkoang, nanas, tahu, kepiting dan udang. Selanjutnya, bahan-bahan ini akan disiram bumbu kacang yang kental. Wuih… segar sekali rasanya jika disantap saat siang hari. Rujak ini dengan mudah bisa Anda temui di Kota Tanjung Pinang, atau bisa juga Anda mampir ke Rumah Makan Pagi Sore di Tanjung Pinang.
10. Pisang Epe
pisang epe makassar
Pisang setengah matang ini dipipihkan lebih dulu sebelum dibakar. Setelah itu akan disiram dengan saus yang beragam. Ada saus gula aren, durian atau cokelat. Bisa juga ditambahkan parutan keju. Menikmati Pisang Epe di pinggirPantai Losari sambil menunggu matahari tenggelam sungguh sangat romantis bila dilewati bersama pasangan.


Sumber Konten: http://www.sejutablog.com/wisata-cita-rasa-kuliner-indonesia/#ixzz2LzExC58o

Permainan Tradisional

Terdapat banyak permainan tradisional di Malaysia,antaranya wau,sepak raga,congkak,gasing dan batu seremban.Boleh di katakan setiap negari mempunyai permainan tradisional untuk dimainkan oleh rakyatnya.Permainan tradisional telah dimainkan sejak zaman berzaman,ia bertujuan untuk memberi keseronokan selepas penat bekerja.Sekarang permainan tradisional sudah kurang dimainkan oleh anak muda zaman sekarang kerana persaingan dengan permainan yang lebih canggih.Oleh itu,dinyatakan di bawah asal usul permainan,cara membuat,cara bermain dan peraturan-peraturannya.

Latar Belakang Wau
Teraju tiga sememangnya sinonim dengan wau, juga dikenali sebagai layang-layang di negeri-negeri sebelah pantai barat semenanjung. Sebagai permainan masa lapang bagi kalangan rakyat biasa dan golongan istana. Sejak zaman-berzaman sekitar kurun kelima belas, wau telah dimainkan oleh orang Melayu. Mereka telah mempercayai ada kaitan di antara semangat angin dan langit.
Perkataan “wau” dikatakan berasal dari perkataan Thailand memandangkan negeri seperti Kelantan, Terengganu, Perlis dan Kedah menggunakan perkataan tersebut.
Perkataan layang-layang pula digunakan di kebanyakan negeri-negeri seperti di Pantai Barat dan Selatan Semenanjung Malaysia seperti Selangor, Melaka dan Johor. Ini dapat dibuktikan menerusi catatan Tun Seri Lanang yang menyatakan bahawa Raja Ahmad bermain layang-layang bersama pemuda-pemuda serta kerabat DiRaja, dan tidak pula disebut bermain wau.
Selain itu kemunculan nama wau juga dikaitkan bunyi yang terhasil daripada busur yang diikat pada wau. Apabila dinaikkan ke udara, daun ibus yang dipasang pada busur tersebut akan menghasilkan bunyi “wau’, “wau’, “wau’ secara berirama.
Permainan layang-layang atau wau amat digemari oleh penduduk-penduduk kampung. Permainan ini dimainkan semenjak lebih 500 tahun yang lalu. Wau masih digemari dan dimainkan di kawasan-kawasan seperti Kelantan, Terengganu, Kedah dan Perlis. Musim bermain wau adalah buluh yang diraut halus yang ditampalkan dengan kertas berwarna mengikut bentuk rangka. Wau bukan sahaja dimainkan tetapi dipertandingkan yang dititikberatkan ialah kecantikan rupa, kemerduan bunyi dan tinggi serta keindahan naiknya.
Permainan wau atau pun lebih dikenali layang-layang suatu ketika dahulu lebih popular di kawasan pedalaman seperti di kawasan pantai dan kawasan lapang seperti di padang, sawah padi dan sebagainya.
Kini permainan tersebut telah mulai popular dan diminati oleh pelbagai kaum termasuklah mereka yang menetap di kawasan bandar. Bukan itu sahaja, ia telah diperkenalkan hingga ke peringkat antarabangsa seperti di Pasir Gudang Kite Festivals International Guests yang diadakan pada setiap tahun. Sambutan festival ini juga sangat memberangsangkan terutamanya peserta dari luar negara.
Sejarah Wau Malaysia
Kedatangan permainan wau di Malaysia tidak dapat dipastikan kesahihan tarikh serta asal-usulnya. Walau bagaimanapun menurut sejarahwan Clive Hart, layang-layang di Malaysia berasal dari negara China. Ini kerana rekabentuk serta karektor mempunyai persamaan dengan layang-layang tradisional dari negara China
Layang-layang pada masa dahulu menggunakan daun kayu yang lebar. Kemungkinan evolusi layang-layang di Malaysia juga turut menyerap unsur-unsur kebudayaan dari negara China.
Mitos Permainan Wau
Permainan wau dikaitkan dengan mitos ‘Semangat Padi’ yang berasal dari utara Semenanjung Malaysia iaitu di negeri Kedah.
Diceritakan bahawa ada sepasang suami isteri di negeri tersebut yang bekerja sebagai petani di sebuah kaki bukit dengan menanam padi huma. Ketika mereka sedang menanam padi, mereka terjumpa seorang bayi perempuan lalu dipeliharanya bayi tersebut sehinggalah dewasa. Oleh kerana suaminya ingin mengucapkan syukur dan terlalu menyayangi anak gadisnya itu maka beliau selalu membawakan makanan ke tempat anak gadisnya bermain iaitu di baluh padi.
Perbuatan suaminya itu telah menyebabkan sang isteri merasa sangat cemburu. Disebabkan perasaan cemburunya itu dia telah menyiksa anak gadisnya sehingga melarikan diri mengikut arah mata angin barat. Akibatnya, pada tahun itu juga padi yang telah dikerjakan tidak menjadi. Menurut Tok Nujum yang ditemui menyatakan bahawa anak gadis mereka sebenarnya adalah ‘Semangat Padi’ dan menasihatkan petani tersebut sebagai tanda meminta maaf mereka dikehendaki membuat sebuah lembaga yang menyerupai Wau Bulan dan diterbangkan dengan tali jerami.

Jenis-jenis Wau


  1.  Wau Bulan

  2. Wau kucing

  3. Wau daun

  4. Wau helang

  5. Wau Jalabudi

  6. Wau kenyalang

  7. Wau merak

  8. Wau puyuh

  9. Layang-layang

Berbagai jenis dan bentuk wau telah dicipta. Wau burung, wau pari, wau katak, wau bayan, wau merak, wau kucing, wau jala budi, wau lenggang kebayan, wau sewah, wau barat dan yang sangat digemari oleh orang Melayu ialah wau bulan. Rekacorak bermotifkan awan larat pada kebiasaannya adalah menghiasi kebanyakan wau yang dihasilkan dengan berwarna-warni. Kelantan dan Terengganu sehingga kini masih mengekalkan tradisi pembuatan wau yang menarik, selain dijadikan untuk permainan ianya juga sebagai hasil kraftangan dan hiasan dinding.
Bahagian Perincian Wau
Terdapat lima komponen asas bagi sebuah wau tradisional iaitu terdiri daripada kepala wau, busur atau dengung, sayap wau, torek atau bahagian pinggang dan ekor wau.
Teknik Pembuatan Wau Tradisional

Antara bahan-bahan mentah yang diperlukan untuk membuat wau ialah buluh, kulit rotan, gam daripada pokok kayu dan lain-lain keperluan yang bersesuaian untuk menghasilkan sebuah wau. Selain daripada itu, kepakaran dan kemahiran juga merupakan aspek utama untuk menghasilkan sebuah wau yang bermutu seperti kepakaran dalam pemilihan bahan mentah, kemahiran kraftangan serta pengetahuan di dalam bidang aerodinamik. Bagi memastikan wau yang akan dihasilkan mempunyai kualiti, bahan mentah seperti buluh terutamanya perlu dipilih dengan lebih teliti. Oleh itu terdapat beberapa petua serta pantang-larang yang terlibat semasa ingin menebang dan menyimpan buluh tersebut.
Petua dan Pantang Larang Pemilihan Buluh Mencari dan Menebang Buluh
1. Rumpun buluh mestilah di kawasan yang tinggi dan lapang, bukan di dalam semak atau dusun.
2. Pilih buluh yang kelihatan kering, seelok-eloknya di tengah rumpun.
3. Jangan tebang buluh yang mempunyai pucuk muda kerana buluh tersebut mempunyai banyak kanji dan mudah diserang serangga perosak.
4. Buluh yang condong ke arah matahari naik adalah lebih baik kerana mempunyai semangat yang kuat menurut kepercayaan orang tua-tua.
5. Keadaan cuaca kering dan panas adalah sangat sesuai untuk menebang buluh seperti di waktu tengahari.
6. Jika menebang buluh pada waktu pagi, pastikan penebang menindih bayangnya.
7. Sebelum menebang buluh, digalakkan membaca doa dan selawat terlebih dahulu
8. Adalah lebih baik buluh yang sudah ditebang dipotong di situ juga.
9. Petua orang tua-tua di Kelantan pula semasa membawa balik buluh yang sudah ditebang, akan meninggalkan pesan kepada Sang Bubuk iaitu, “Wahai Sang Bubuk, hak aku tinggal ini adalah hak mu, hak aku wat kelik ni ialah hak aku, mu tok sah ikut akulah, mu make hok sini”.
10. Penyimpanan Buluh Buluh akan disimpan dahulu sekurang-kurangnya setahun sebelum diraut menjadi rangka wau. Biasanya tempat penyimpanan mestilah tinggi untuk mengelakkan buluh daripada dilangkah manusia. Antara petua-petua yang digunapakai untuk memastikan buluh tersebut tahan dan kuat ialah :-
1. Buluh disimpan di dalam paya atau direndam di dalam selut.
2. Buluh ditanam di dalam pasir dan dinyalakan unggun api di atasnya selama satu jam.
3. Menyalai kepingan buluh pada bara api.
Meraut Buluh Buluh perlu diraut untuk membuang bahagian-bahagian yang tidak diperlukan seperti ruas dan kulit. Selain itu tujuannya adalah untuk memberi keseimbangan pada bentuk dan berat bahagian sayap wau. Pisau khas digunakan untuk meraut dan mestilah benar-benar tajam bagi memastikan kerja-kerja tersebut dapat dijalankan dengan mudah dan mengelakkan daripada kesilapan. Antara bahagian buluh yang perlu diraut adalah seperti :-
1. Bahagian tulang belakang diraut sehingga 1.0 sentimeter dengan kadar lembut dan sederhana keras.
2. Bahagian bilah sayap di kedua-dua bahagian diraut sehingga 1.5 sentimeter dan semakin halus di hujung bilah tersebut iaitu sebesar lidi kelapa.
3. Bahagian ekor yang mempunyai dua bahagian juga perlu diraut sehingga 0.5 sentimeter.
4. Raut bilah-bilah buluh untuk bahagian pinggang dan bulatan berbentuk bulan. Rautan di bahagian tersebut adalah lebih nipis dan bersaiz kecil 0.5 sentimeter untuk memudahkan ia dibentuk.
5. Selepas semua buluh diraut, proses seterusnya ialah semua bilah tersebut akan digosok pula dengan kertas pasir.
Membuat Bingkai Bingkai wau terdiri daripada beberapa bahagian utama iaitu tulang belakang, tulang rentas sayap, rangka sayap dan rangka ekor. Buluh yang sudah diraut akan dipotong mengikut ukuran wau yang dikehendaki iaitu dua keping buluh untuk sayap, satu keping untuk tulang belakang dan dua keping lagi untuk rangka ekor. Kepingan buluh yang hendak dibuat sayap perlulah diseimbangkan dengan menandakan di tengah-tengah kepingan buluh.
Proses Mengikat Rangka Bingkai Wau
1. Tulang belakang wau diukur kepada 3 bahagian dan kemudiannya ditanda 3 bahagian tersebut.
2. Bahagian sayap wau akan diikat terlebih dahulu
3. Sayap yang sudah diikat akan diikat pula pada tulang belakang
4. Ikat di bahagian atas dan bawah ekor pada tulang belakang. Pastikan bahagian tersebut seimbang di kedua-kedua belah.
5. Cantumkan hujung bahagian ekor kemudian tautkan pada hujung bahagian sayap
6. Untuk bahagian pinggang terutamanya jenis wau bulan, kepingan buluh ditaut membentuk separa bulatan pada bahagian sayap dan ekor wau. Seterunya kepingan buluh yang diraut lebih nipis dibentuk menjadi bulatan untuk diikat di tengah pinggang wau. Saiznya ditentukan dengan mengikut nisbah iaitu bersamaan dengan keluasan kepala wau.
7. Proses terakhir ialah membuat kepala wau iaitu dengan mengikat separuh daripada kepala wau dengan sayap dengan jarak 2 inci dari tulang belakang.
Proses Memasang Tanah Wau
Setelah bingkai wau siap, satu lapisan asas yang dipanggil ‘tanah’ akan dipasang pada wau. Tujuannya supaya wau tersebut tahan lasak kerana sifat utama kertas tersebut lebih kenyal dan tidak ditembusi angin. Pemasangan melibatkan beberapa langkah :-
1. Ukur kertas dengan saiz bingkai.
2. Kemudian kertas ditanda dengan pensil dan perlu dilebihkan dua sentimeter dari rangka bingkai.
3. Potong kertas wau tersebut dan lebihan tadi dipotong dalam bentuk ‘V’.
4. Lekatkan kertas pada bingkai dengan menggunakan gam kanji.
Mengukur, Melukis dan Menyobek Corak
Ukiran lukisan pada badan wau adalah antara elemen utama yang menjadikan wau tersebut unik dan istimewa. Antara langkah-langkah yang terlibat :
1. Lipat empat kertas warna untuk bahagian sayap, dan lipat dua untuk bahagian ekor.
2. Mulakan melukis dari bahagian dada sehingga ke hujung sayap dengan mengosongkan satu ruang kosong untuk ruang tapak kijang, bagi bahagian ekor pula, corak yang hendak dilukis mestilah sama dengan corak di bahagian sayap.
3. Corak perlu dipotong menggunakan pisau tajam khas dan corak ini menjadi corak asas bagi wau.
4. Corak akan ditampal pada kertas warna lain, biasanya warna emas dengan menyapu gam di belakang kertas corak. Gam perlu dicampur dengan air terlebih dahulu untuk elakkan daripada berkedut. Kertas bercorak akan diletakkan di atas kain lembap. Kertas berwarna diletakkan perlahan-lahan ke atas kertas corak dan kemudiannya diratakan dengan menggunakan seterika panas di atas kain lembap tadi.
5. Potong semula corak yang hendak disobek dan tampal sekali lagi dengan kertas berlainan warna sehingga siap sepenuhnya.
6. Tampal ukiran sobek tadi pada tanah wau dengan hanya menyapu gam kanji pada bahagian tepinya sahaja.
Bahagian yang tidak lekat dikemaskan dengan menyapu gam menggunakan berus lukisan. Bagi wau hiasan akan ditampal kertas hiasan di belakang wau untuk menutup kecacatan iaitu kerangka buluh dan tulang rentas sayap wau. Berlainan pula dengan wau yang hendak diterbangkan mestilah menggunakan kertas yang tidak menyerap air. Selain itu, belakang wau tersebut tidak ditampal kertas hiasan dan ukiran sobek hanya mempunyai tiga atau empat lapis sahaja berbanding dengan wau hiasan yang mempunyai sehingga lapan warna.
Proses Membuat Serta Memasang Jambul atau Rambu
Di bahagian kepala atau muncungnya serta dihujung kiri dan kanan kepak, akan dihiasi dengan rambu-rambu halus yang berwarna warni menambah cantik lagi rupanya. Busul akan diregangkan di bahagian belakang tengkuk wau, agar ianya mengeluarkan bunyi dengung apabila diterbangkan diudara. Busul diperbuat dari daun rembia atau mengkuang yang telah direndam dan dilurut lalu dibiarkan kering. Ia berbentuk seperti alat memanah. Tali teraju diikatkan di antara bahu kepak dan tulang belakang sebelah bawah wau bagi mengimbangi wau - Teraju Tiga.
Jambul atau rambu dipasang dengan dililitkan pada rangka ekor atau sayap wau. Diperbuatdaripada kertas ‘crepe’ yang dipotong dengan gunting secara memanjang untuk membentuk rambu.
Proses Membuat Serta Memasang Belalai
Menggunakan bahan yang sama dengan jambul tetapi dipasang pada kepala wau. Wau tradisional mempunyai keunikannya yang tersendiri. Warisan tradisional ini haruslah dikekalkan kerana ia adalah identiti budaya bangsa Melayu dan juga sebuah negara. Kini permainan wau mulai popular di kalangan masyarakat bandar dan tidak lagi terhad di luar bandar sahaja. Bukan itu sahaja, permainan wau ini juga telah dimodenkan dan mula memasuki peringkat antarabangsa. Selain wau, layang-layang juga amat diminati sebagai salah satu aktiviti pada waktu terluang.
Cara bermain wau dan kawasan yang sesuai.

Pada kebiasaannya wau akan dimainkan oleh dua orang, iaitu seorang akan memegang wau dan seorang lagi dipanggil juru anjung yang memegang tali. Apabila angin bertiup maka tali akan ditarik melawan arus angin dengan cara menghulur dan menarik talinya sehinggalah wau tersebut tinggi di udara. Kilauan cahaya matahari akan menambah cantik lagi wau yang dihias berwarna-warni.
Wau hendaklah dimainkan di kawasan yang lapang seperti di tepi pantai, di kawasan sawah padi atau di padang kawasan tepi pantai merupakan kawasan yang paling sesuai untuk menerbangkan wau. kawasan yang tidak sesuai bermain wau ialah dikawasan yang tidak lapang, banyak bangunan, pokok, tiang elektrik atau tiang telefon.
3 unsur yang mempengaruhi kenaikan wau Tekanan angin Apabila tekanan angin di permukaan wau semakin kuat, maka kemampuan untuk naik tinggi semakin meningkat.

  • Daya tarikan graviti 

  • Tarikan graviti ialah daya yang menarik wau ke bawah.

  • Daya seretan.


Wau akan mengundur ke belakang apabila permukaan wau mendapat tekanan yang tinggi. Hal ini akan mewujudkan daya seretan. Permainan wau tradisional Melayu adalah dimainkan menggunakan satu tali sahaja. Penggunaan satu tali membolehkan wau ini mudah diterbangkan dan dikawal. Terdapat dua cara melancarkan atau menaikkan wau iaitu, pelancaran jarak dekat dan pelancaran jarak jauh. Tali yang digunakan adalah tali tangsi.
Teknik menaikkan wau jarak dekat

Teknik ini sesuai bagi wau yang bersaiz kecil dan ringan. Hanya seorang sahaja diperlukan untuk melancarkan teknik ini. Pemain berdiri membelakangkan angin. Sebelah tangan pemain akan memegang badan wau dan dihadapkan ke arah angin. Sebelah lagi tangan memegang gelung tali. wau dilepaskan perlahan-lahan sehingga wau naik tinggi ke udara.
Mengawal penerbangan
Tiupan angin yang tidak meneru menyebabkan pemain perlu mengawal penerbangan wau. Mengawal penerbangan wau penting untuk mengelakkan wau jatuh ke tanah atau mengelakkan tali wau terputus. Terdapat dua kemungkinan tiupan angin, iaitu angin beriup lemah dan angin bertiup kuat. Apabila angin bertiup lemah, pemain mesti menggulung tali wau supaya wau tersebut tidak jatuh ke tanah.
Teknik menurunkan wau.
Menurunkan wau memerlukan dua pemain, iaitu seorang penarik tali dan seorang lagi penggulung tali. Penarik tali ialah orang yang menarik talu wau manakala penggulung tali ialah orang yang menggulung tali wau yang telah ditarik oleh penarik tali. Permainan wau laga merupakan perlawanan memutuskan tali wau pihak lawan. Ia memerlukan kepantasan, tumpuan dan kemahiran yang tinggi. Bahagian tali wau ini disalut dengan serpihan kaca halus.
Di masa kini walaupun wau masih mendapat tempat dikalangan masyarakat Melayu tetapi layang-layang juga tidak kurangnya telah mendapat perhatian oleh masyarakat tempatan dan juga antarabangsa. Pelbagai bentuk dan corak layang-layang telah dicipta, ada layang-layang yang berbentuk orang, kapal berangkai dan ada yang dimainkan dengan menggunakan dua utas tali. Kebanyakkan pertunjukan wau dan layang-layang masih mendapat tempat di Malaysia, terutama ketika hari-hari sambutan perayaan atau pertandingan wau antarabangsa.
SEPAK RAGA

Permainan sepak raga wujud sejak 600 tahun lalu. Pada zaman Kesultanan Melayu Melaka, selain dimainkan oleh golongan bangsawan, rakyat jelata juga menggemari permainan ini. Dalam sejarah Melayu menceritakan tentang Raja Muhammad, putera Sultan Mansor Shah Muhammad tertanggal tanjaknya akibat terkena bola raga tendangan Tun Besar.
Bola sepak raga diperbuat daripada bilah-bilah rotan yang dianyam bulat seperti raga sebesar isi buah kelapa dua atau tiga lapis.
Cara Bermain

Dalam permainan sepak raga, beberapa pemain berdiri dan membentuk satu bulatan. Permainan ini dimulakan dengan salah seorang pemain melambung bola kepada rakannya dengan tangan. Rakannya itu akan menimang bola itu dengan kakinya sekali atau beberapa kali, sebelum menendangnya ke arah pemain lain. Pemain-pemain yang membentuk lingkungan atau bulatan itu mestilah bergilir-giliran menimang bola itu dan mengawalnya supaya tidak jatuh ke bumi. Jika bola itu jatuh, permainan dalam pusingan tersebut ditamatkan.
Menimang Bola


Permainan ini memerlukan ketangkasan dan kecekapan fizikal serta ketajaman mata untuk mengukur pergerakan. Matlamat setiap pemain ialah memantapkan kemahiran menerima hantaran bola raga dan menimangnya dengan selesa selama yang mungkin. Jangka masa permainan tidak ditentukan kecuali dalam pertandingan yang lazimnya dianjurkan sebagai acara berpasukan. Pasukan yang berjaya membuat timangan paling banyak dalam suatu tempoh yang ditetapkan, dikira menang.

Pada masa ini sepak raga tiada lagi dimainkan, ianya telah ditukar dengan nama kepada sepak takraw. Sepak takraw mengadukan dua pasukan yang dipisahkan oleh jaring, seperti dalam permainan badminton. Pasukan sepak takraw terdiri daripada tiga pemain. Tekong melakukan sepak mula dan mengawal bahagian belakang gelanggang. Apit kiri dan apit kanan mengawal bahagian hadapan gelanggang dan memikul tugas utama mematikan bola di gelanggang lawan.
CONGKAK

Congkak sejenis permainan tradisional Melayu yang menggunakan papan kayu berlubang atau lubang di atas tanah dan buahnya daripada biji congkak, biji getah, biji guli dan lain-lain. Di utara semenanjung ianya dipanggil juga Jongkok.
Permainan ini telah wujud sejak zaman Kesultanan Melayu Melaka lagi, tetapi tidak pasti asalnya, samada pengaruh luar telah datang bersama pedagang atau sememangnya telah dicipta oleh orang Melayu ketika itu.
Cara membuat permainan
Lazimnya dibuat dari kayu hutan seperti merbau, keruing, balau dan sebagainya. Terdapat juga papan congkak yang dibuat dari kayu rambutan, nangka dan sebagainya, mengikut kemampuan si tukang pembuat congkak.
Cara membuat congkak:
1. Kayu ditebang menggunakan kapak dan dipotong mengikut kepanjangan papan congkak yang bergantung kepada lubang rumah yang dihasilkan kelak.
2. Kayu yang masih buah dibelah dua bahagian. Hanya satu bahagian sahaja yang diperlukan dalam membuat congkak.
3. Setelah dibelah, gergaji digunakan untuk mengerat lebihan kayu yang tidak terpakai. Parang atau pahat digunakan untuk melicinkan batang kayu tersebut.
4. Kayu tersebut akan dipahat untuk membuat lubang. Lubang-lubang ditebuk dalam dua baris dan dinamakan ‘kampung’ yang mempunyai jumlah bilangan tertentu.
5. Ditebuk satu lubang besar di kedua-dua hujung yang dikenali sebagai ‘rumah’.
6. Pahat bermata halus digunakan untuk melicinkan lubang tersebut. Ini penting supaya tidak menggelikan jari-jari pemain sewaktu bermain.
7. Setelah siap, papan tersebut akan diukir dengan pelbagai hiasan seperti bentuk tumbuh-tumbuhan, kosmos, geometri dan sebagainya.
8. Papan congkak divarniskan dengan warna perang kekuningan, perang kemerahan, perang atau hitam.
Congkak juga dihasilkan daripada logam ataupun tanah di kawasan pendalaman. Tempurung kelapa digunakan supaya tangan tidak kotor terkena tanah.
Papan Congkak
Peralatan yang digunakan untuk bermain congkak biasanya diperbuat daripada batang pokok kayu besar yang diukir seperti perahu. Disebelah hujungnya diukir bentuk kepala pelbagai haiwan seperti burung manakala dibahagian badan papan diukir dengan pelbagai ukiran Melayu. Lubang sebesar 9sm. garis pusat dan 7sm. dalam ditebuk atas permukaan papan tersebut. Sekiranya permainan congkak di tanah, lubang digali dan kemudian diletak tempurung kelapa supaya tangan tidak kotor terkena tanah.
Lubang-lubang congkak dibuat dalam dua barisan selari antara satu sama lain yang disebut kampung. Pada penghujung kampung terdapat sebuah lubang besar dan dalam dinamakan rumah. Jumlah kampung yang biasa terdapat pada papan congkak ialah lima, tujuh atau sembilan sebaris. Kampung-kampung ini diisikan dengan buah congkak sama banyak.
Cara Bermain


Dua orang pemain duduk berhadapan menghadap papan congkak, dimulakan dengan kedua-dua pemain serentak mencapai buah di kampung masing-masing dan memasukkan buah satu demi satu di dalam lubang kampung dengan pergerakan dari kanan ke kiri hingga ke rumah dan kampung lawan.
Gerakan diteruskan hingga buah yang terakhir pada tangan dimasukkan dalam kampung kosong di kawasan sendiri atau lawan dan pemain hendaklah berhenti, sekiranya buah itu jatuh atau mati di kampung sendiri. Pemain itu boleh menembak kampung lawan yang setentang dengan kampungnya iaitu mengaut kesemua buah (jika ada) di dalam kampung tersebut.
Pihak lawan mengambil giliran meneruskan permainan hingga buahnya mati. Sekiranya buah terakhir jatuh di dalam rumah sendiri, pemain boleh meneruskan permainan dengan mengambil buah yang masih banyak di mana-mana kampung sendiri. Sekiranya buah terakhir jatuh di kampung kosong pihak lawan, maka permainan itu mati di situ sahaja dan pihak lawan boleh memulakan permainan seterusnya hingga mati.
Setelah tamat pusingan pertama, setiap pemain mengisi semula kampung dengan buah congkak dan jika ada kampung yang tidak cukup buah, ia dianggap terbakar. Kampung ini tidak boleh diisi apabila bermain pada pusingan yang kedua, ketiga dan seterusnya hingga pihak lawan mengaku kalah.
GASING

SEJARAH PERMAINAN GASING
ASAL USUL
Unsur seni dan permainan adalah keperluan asas kehidupan manusia di dunia dan tidak mungkin dapat dipisahkan daripada kehidupan masyarakat. Masyarakat Melayu tradisional juga tidak ketinggalan dalam soal ini. Dalam menjalankan aktiviti kehidupan sara diri mereka telah mengisi masa lapang dengan pelbagai kegiatan yang dapat menghiburkan hati. Antara kegiatan yang dilakukan ialah bermain gasing. Gasing bukan sahaja menjadi permainan orang dewasa malah turut dimainkan oleh golongan remaja dan kanak-kanak. Mereka bermain gasing untuk beradu kemahiran, kecekapan, kepantasan, dan kerjasama berpasukan. Disamping
itu, mereka juga dapat mengeratkan hubungan sesama mereka dan berpeluang berbincang tentang pelbagai perkara. Terdapat pelbagai cerita yang timbul berkaitan asal-usul permainan gasing dan inilah yang menyebabkan corak permainan gasing berbeza antara satu negeri dengan negeri yang lain. Terdapat cerita yang mengaitkan asal permainan gasing ini dengan buah berembang. Buah berembang mudah diperoleh di tepi-tepi pantai berbentuk bulat, agak leper dan licin. Ia pula mudah dipusing dengan tangan. Buah yang lama dan ligat pusingannya dikira menang. Bagi ahli silat, satu daripada latihan menguatkan tangan ialah memusingkan
buah berembang. Lama-kelamaan timbul ilham meniru bentuk buah ini dan diperbuat daripada kayu. Pemusing akan cuba memusingkannya dengan tangan seligat yang mungkin. Ketika ligat ia disebut "gah", yang bermakna tegak dan kuat semasa berpusing. daripada istilah inilah
dikatakan bermulanya permainan gasing.
Menurut seorang tua di Kulim, Kedah, permainan gasing berasal daripada permainan "laga telur" yang dimainkan oleh kanak-kanak. Menurutnya, kanak-kanak ketika itu begitu asyik memusingkan dan melagakan telur. Jadi, timbul idea mengukir kayu dalam bentuktelur dan dipasangkan paksi. Seutaas tali digunakan untuk memusingkannya kerana memusingkan
dengan tangan kurang ligatdan pusingannya tidak tahan lama.
Seorang pemain gasing veteran, yang tinggal di kawasan pinggir Sungai Pahang berkata bahawa permainan gasing ini bermula dengan penciptaan alat memburu binatang yang berbentuk leper dan bulat. Apabila dilemparkan alat ini berpusing ligat dan melayang sebelum mengenai binatang buruan. Mereka kemudian menggunakan tali untuk mendapatkan pukulan yang lebih kuat. Dari sinilah mereka menggunakannya sebagai satu cara untuk menguji kecekapan seseorang itu mencampakkannya dan mengenai sasaran. Alat tersebut kemudian direka bentuk sedemikian rupa hinggalah seperti bentuk seperti gasing yang terdapat pada hari ini
Gasing popular di Semenanjung terutama di Kelantan. Orang dewasa yang memajukan seni permainan ini, bagi kanak-kanak lebih gemar dengan gasing Melayu dan Cina, kerana saiz yang kecil dan mudah dipermainkan.
Jenis-jenis Gasing
Jenis gasing yang terdapat di Malaysia termasu
k gasing jantung, gasing piring atau leper, gasing kelamar, gasing telur, gasing berembang, gasing Melayu, gasing Cina, gasing buku benang dan gasing pinang.
Membuat Gasing

Kayu yang paling sesuai dari spesis merbau, seperti merbau tanduk, merbau darah, merbau johol dan merbau keradah, ianya mudah dilarik tetapi tidak mudah serpih. Selain itu kayu leban tanduk, limau, bakau, koran, sepan, penaga, keranji juga menjadi pilihan. Jenis kayu yang mudah didapati seperti manggis, jambu batu, ciku atau asam jawa sering digunakan untuk membuat gasing.
Kayu tersebut dilarik menggunakan alat pelarik, mengikut saiz dan bentuk gasing yang telah ditetapkan. Sebelum kerja melarik dimulakan besi paksi dibenamkan ke dalam kayu tersebut agar keseimbangan dari segi bulatnya dapat dilakukan ketika melarik.
Setelah gasing disiapkan maka kerja-kerja terakhir dilakukan, seperti melilitkan timah pada kepak gasing tadi agar menambah berat lagi gasing itu hingga seberat lima kilogram dan juga tak mudah serpih. Untuk menambah indah rupa parasnya maka tanduk kerbau dipasangkan dibahagian kepala gasing serta dikilatkan dengan varnis. Ini terdapat pada gasing leper atau untuk gasing uri sahaja.
Cara Bermain


Gasing dimainkan dengan dua cara, iaitu sebagai gasing pangkah atau gasing uri. Gasing pangkah, dimainkan dengan melemparkannya supaya mengetuk gasing lawan. Gasing uri dipertandingkan untuk menguji ketahanannya berpusing.
Gasing pinang dimainkan oleh kanak-kanak. Buah pinang muda dikupaskan sabut dan kulitnya, dipangkaskan bahagian atas dan bahagian bawahnya, kemudian dicucukkan lidi buluh melalui pulurnya menjadi paksi serta pemegang gasing itu. Gasing ini boleh dilagakan atau diurikan.
Untuk memusingkan gasing, tali setebal 1.75 cm dan sepanjang 3 hingga 5 meter dililitkan pada jambulnya hingga meliputi seluruh permukaan gasing. Kemudian gasing itu dilemparkan ke atas tanah dan serentak dengan itu tali yang melilit jambuhnya direnggut.
Pertandingan Gasing
Pertandingan gasing uri berbeza dengan gasing pangkah. Gasing uri lebih bersifat individual, manakala gasing pangkah bersifat kumpulan.
Gasing Uri

Dua orang pembantu diperlukan dalam pertandingan gasing uri; seorang memegang cokok dan seorang lagi memegang lopok. Cokok diperbuat daripada kayu dan berbentuk leper seperti sudip, kira-kira 60 cm panjang. Lopok juga diperbuat danipada kayu tetapi berbentuk torak atau pun seperti pancang, 45 cm panjang. Di hujung lopok itu dilekatkan logam bergaris pusat 4-5 cm. Tempat permainan atau arena gasing dipanggil bong. Bong berbentuk bulat, bergaris pusat kira-kira 3.25 meter, dan dibuat di atas tanah yang keras.
Gasing yang berpusing dipindahkan oleh jong (juru) cokok ke atas lopok yang telah dicacakkan di atas tanah. Gasing yang berpusing paling lama dikira pemenang pertandingan. Biasanya gasing uri berupaya berpusing lebih daripada satu jam.
Gasing Pangkah
Gasing jenis ini pula dimainkan secara berkumpulan. Setiap pasukan terdiri daripada dua hingga lima orang. Untuk menentukan pasukan menanti dan pasukan memangkah, peraduan uri diadakan, antara gasing-gasing yang mewakili pasukan-pasukan yang mengambil bahagian.

Pasukan yang gasingnya paling lama berpusing menjadi pasukan memangkah pertama. Permainan dimulakan dengan pasukan menanti melemparkan gasing mereka ke tengah-tengah bong. Kemudian pasukan memangkah pula memangkah gasing mereka. Tiap-tiap gasing pasukan memangkah mesti mengetuk salah satu gasing pasukan menanti. Tujuannya ialah sama ada memecahkan gasing lawan ataupun sekurang-kurangnya menjejaskan keseimbangan pergerakannya supaya cepat berhenti berpusing.
Dalam perlawanan gasing ini, setiap pasukan mempunyai jong cokok. Selesai pemangkahan, gasing-gasing di dalam bong itu dicokokkan dan dipindahkan ke atas lopok, seperti dalam pentandingan gasing uri. Jika salah satu gasing pihak menanti berpusing lebih lama, pihak itu tidak diberi markah tetapi ditukarkan menjadi pemangkah. Pasukan yang memangkah tadi kini menjadi pasukan menanti pula.
BATU SEREMBAN
Batu Seremban juga dikenali sebagai permainan Selambut atau Serembat. Kanak-kanak perempuan gemar memainkannya secara individu dan kebiasaannya dimainkan secara berkumpulan seramai dua hingga empat orang atau lebih.
Guli kaca, biji getah, ketulan batu kerikil sederhana besar atau ketulan-ketulan objek lain berbentuk bulat biasanya digunakan oleh kanak-kanak dalam permainan ini sebanyak lima biji. Objek-objek ini dikenali sebagai buah.
Permainan ini sering dimainkan diwaktu lapang, di serambi rumah, di dalam rumah atau dimana sahaja yang mereka gemari dengan memerlukan permukaan yang rata dan bersih. Para pemain hendaklah duduk di atas lantai, dengan cara begini memudahkan permainan tersebut dimainkan.
Menentukan Giliran
Sebelum permainan dimulakan, seorang demi seorang pemain dikehendaki menimbang buah, bagi mendapatkan mata sebagai penentuan siapa yang akan bermain dahulu sebagai pemain pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Cara menimbang buah adalah dengan kesemua buah diletakkan di atas tapak tangan dan dilambung keudara, kemudiannya hendaklah disambut pula dengan belakang tapak tangan. Jumlah buah yang dapat disambut itu adalah dikira sebagai mata.
Cara Bermain
Dalam bermain Batu Seremban ini terdapat beberapa peringkat atau cara sambutan buah yang berlainan. Bermula dengan peringkat pertama yang mudah dengan menggunakan sebiji buah yang dinamakan sebagai buah satu hinggalah kepada peringkat lebih tinggi atau peringkat yang teratas dinamakan buah tujuh.
Buah Satu
Kesemua buah hendaklah diselerakkan dengan cara menabur di atas lantai, berkeadaan buah-buah itu tidak bersentuhan antara satu dengan yang lain. Sebiji buah diambil untuk dijadikan ibu, dan ibu hendaklah dilambungkan keudara, dalam masa yang sama sementara buah ibu masih berada diudara, sebiji lagi buah hendaklah dikutip. Dalam masa yang sama pemain hendaklah menyambut buah ibu, apabila telah disambut sebiji buah hendaklah digenggam di dalam tangan yang sebelah lagi. Perlakuan begini dibuat berterusan sehingga kesemua buah di atas lantai itu habis dilambung dan disambut.
Buah Dua
Cara buah dua dimainkan adalah serupa seperti buah satu, tetapi buah yang dikutip mestilah dengan dua biji serentak, ini bermakna hanya dua kali lambungan buah ibu dilakukan.
Buah Tiga
Buah tiga pula terdapat sedikit perbezaan. Langkah pertama adalah dengan mengutip sebiji buah dahulu, pada lambungan kali kedua pemain hendaklah mengutip tiga biji buah serentak.
Buah Empat
Pemain mengutip kesemua empat biji buah di atas lantai dan dalam masa yang sama hendaklah menyambut buah ibu yang telah dilambungkan.
Buah Lima
Diperingkat ini urutan dari memainkan buah empat, sementara di dalam tangan tergenggam lima biji buah, sebiji dari buah hendaklah dilambungkan dan empat biji buah baki hendaklah diletakkan di atas lantai pula serta menyambut buah ibu sahaja.
Buah Enam
Ditahap buah enam terdapat perbezaan, ianya juga dinamakan buah tukar dimana dua biji buah dijadikan buah ibu. Apabila sebiji daripadanya dilambungkan ke udara maka sebiji lagi buah ibu itu hendaklah ditukarkan dengan buah lain yang terdapat di atas lantai, sehingga selesai.
Buah Tujuh
Buah tujuh adalah urutan dari peringkat permainan buah enam. Dua biji buah yang masih berada di dalam tangan hendaklah dilambungkan serantak. Sementera itu sebiji buah hendaklah dikutip. Buah ibu hendaklah disambut dengan kedua belah tangan, sebiji disebelah kanan dan sebiji lagi disebelah kiri. Pada buah ibu yang terakhir dilambungkah hendaklah juga disambut.
Menimbang
Setelah selesai kesemua peringkat dilalui, pemain hendaklah menimbang buah untuk mendapatkan mata. Menimbang buah diperingkat ini ada dua kaedah. Cara pertama sama seperti permulaan menentukan pemain, mata dikira hanya mengikut bilangan biji buah yang dapat ditimbang. Tetapi jika buah yang ditimbang itu disambut dengan cara mencangkuk, maka mata dikira sekali ganda dari jumlah biji buah yang dapat disambutnya.
Sekiranya pemain dapat bermain sehingga keperingkat menimbang dengan memperolehi mata, maka pemain tersebut boleh meneruskan permainan semula, buah satu dan seterusnya sehingga mati.